STOP BULLYING
A.
PENGERTIAN BULLYING
Istilah
bullying berasal dari bahasa Inggris, yaitu "bull" yang berarti banteng.
Secara etimologi kata "bully" berarti penggertak, orang yang
mengganggu yang lemah. Bullying dalam bahasa Indonesia disebut
"menyakat" yang artinya mengganggu, mengusik, dan merintangi orang
lain(Wiyani, 2012).
Bullying adalah suatu tindakan atau
perilaku yang dilakukan dengan cara menyakiti dalam bentuk fisik, verbal atau
emosional/psikologis oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat kepada
korban yang lebih lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada
perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita.
B.
JENIS DAN BENTUK
BULLYING
Menurut Coloroso (2006), perilaku bullying dapat dikelompokkan menjadi empat bentuk, yaitu:
1. Bullying secara verbal
Bullying dalam bentuk verbal adalah bullying yang paling sering dan mudah dilakukan. Bullying ini biasanya menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut. Contoh bullying secara verbal antara lain yaitu: julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya.
2. Bullying secara fisik
Bullying ini paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut. Contoh bullying secara fisik adalah: memukuli, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas, dan lain-lain.
Bullying secara relasional dilakukan dengan memutuskan relasi-hubungan sosial seseorang dengan tujuan pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Bullying dalam bentuk ini paling sulit dideteksi dari luar. Contoh bullying secara relasional adalah perilaku atau sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek.
4. Bullying elektronik
Bullying elektronik
merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana
elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room,
e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan
menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya
mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.
C. CIRI PELAKU DAN
KORBAN BULLYING
Ciri-ciri
pelaku bullying adalah memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku
dapat mengatur orang lain yang dianggap lebih rendah. Menurut Astuti (2008),
ciri-ciri pelaku bullying antara lain adalah sebagai berikut:
- Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial
siswa di sekolah.
- Menempatkan diri ditempat tertentu di
sekolah/sekitarnya.
- Merupakan tokoh populer di sekolah.
- Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai, yaitu
sering berjalan di depan, sengaja menabrak, berkata kasar,
menyepelekan/melecehkan.
Sedangkan menurut
Susanto (2010), ciri-ciri korban bullying antara lain adalah sebagai berikut:
- Secara akademis, korban terlihat lebih tidak
cerdas dari orang yang tidak menjadi korban atau sebaliknya.
- Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki
hubungan yang erat dengan orang tua mereka.
- Secara mental atau perasaan, korban melihat diri
mereka sendiri sebagai orang yang bodoh dan tidak berharga. Kepercayaan
diri mereka rendah dan tingkat kecemasan sosial mereka tinggi.
- Secara fisik, korban adalah orang yang lemah,
korban laki-laki lebih sering mendapat siksaan secara langsung, misalnya
bullying fisik. Dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih
sering mendapat siksaan secara tidak langsung misalnya melalui kata-kata
atau bullying verbal.
- Secara antar perorangan, walaupun korban sangat
menginginkan penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali untuk memulai
kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial. Anak korban bullying
kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban tidak bersikap aktif dalam
sebuah aktivitas.
D. DAMPAK NEGATIF DARI
BULLYING
1. Kehilangan kepercayaan diri
Salah satu efek pertama yang dirasakan pada
anak-anak dan remaja jika mereka di-bully adalah hilangnya kepercayaan
diri. Mereka mulai merasa dirinya tidak sebaik orang yang menindas mereka, dan
merasa tidak pantas untuk mencoba aktivitas tertentu.
Hilangnya kepercayaan diri ini dapat
mempengaruhi aspek kehidupan lainnya, seperti ragu untuk memulai hal baru atau
takut untuk berkenalan dengan teman baru.
2. Meningkatnya self-criticism
Self-criticism atau kritik diri
merupakan perilaku ketika anak mulai mengkritik atau berpikiran negatif tentang
dirinya sendiri. Anak yang mengalami bullying sering kali bersikap
keras pada diri mereka.
Mereka mungkin sering mendengar pernyataan
negatif dari pem-bully sehingga mereka mulai menganggap bahwa pernyataan
itu benar. Mereka mulai merasa buruk tentang sesuatu yang tidak mungkin
berubah. Contohnya, seperti kondisi fisik misalnya warna kulit, tinggi badan,
atau berat badan.
3. Mulai mengisolasi diri
Anak-anak yang menjadi
korban bullying sering merasa sangat buruk terhadap diri mereka,
sehingga mereka mencoba mengasingkan diri dari lingkungannya. Mereka mencoba
untuk menghindari interaksi dengan teman sebaya, teman sekelas, atau anggota
keluarga.
Mereka juga cenderung menutup diri saat di
rumah dan mencoba menghindari masuk sekolah dimana perundungan terjadi. Jika
anak terus mengisolasi diri dan menghindari interaksi sosial, maka sulit bagi
anak untuk membangun hubungan pertemanan di masa depan.
4. Kesehatan mental yang buruk
Dampak negatif utama
dari bullying adalah menurunnya kesehatan mental. Gangguan mental
yang bisa ditimbulkan dari bullying adalah gangguan kecemasan
(anxiety), depresi, kesulitan untuk tidur, dan bahkan perilaku menyakiti diri
sendiri (self-harm).
5. Pikiran untuk bunuh diri
Fenomena bullying dan tindakan
percobaan bunuh diri memiliki kaitan yang erat. Bukan tanpa alasan, pasalnya
banyak korban yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena tidak kuat
mendapatkan perundungan terus-menerus.
Kondisi ini disebabkan karena
korban bullying sudah tidak sanggup merasakan tekanan emosional, dan
sudah merasa putus asa akibat perundungan.
Selain itu, kurangnya dukungan dari keluarga,
bantuan dari pihak sekolah, hingga tidak adanya bantuan psikologis, juga bisa
memicu tindakan bunuh diri pada korban bullying.
E. CARA MENCENGAH DAN
MELAWAN BULLYING
Stop
bullying di sekolah! Sekolah sangat rentan menjadi tempat terjadinya bullying.
Berikut ini adalah cara mengatasi bullying di sekolah
1. Deteksi Tindakan
Bullying Sejak Dini
Sebagai
seorang guru, kita harus peka dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh
siswa. Jangan sampai hal-hal yang menyebabkan siswa tidak nyaman atau bahkan
membahayakan siswa terjadi secara terus menerus. Segera hapuskan bibit-bibit
bullying sedini mungkin, seperti memanggil nama siswa dengan nama ayahnya,
menghina bentuk fisik, merampas benda-benda, atau menyakiti fisik. Apapun
dalihnya, bercanda sekalipun, hal seperti tidak dapat dibenarkan.
2. Memberikan Sosialisasi
Terkait Bullying
Pembullyan
yang terjadi di sekolah sering menjadi bahan pemberitaan baik di media sosial
maupun media-media lainnya.Sering sekali kejadian bullying ini terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan juga pemahaman tentang bullying. Hal penting yang
harus dilakukan oleh pihak sekolah adalah melakukan sosialisasi kepada seluruh
warga sekolah seperti guru, siswa, pegawai tata usaha, sekuriti, bahkan tenaga
kebersihan juga perlu diedukasi tentang hal ini. Jika semua orang memahami
bentuk-bentuk perundungan, dampak yang ditimbulkan bagi korbannya, dan juga
bagaimana menghindari bullying, maka akan lebih mudah untuk meminimalisir
potensi bullying di sekolah. Bentuk-bentuk sosialisasi dapat dilakukan dengan
cara menempelkan poster-poster anti bullying, menyelipkan pesan anti bullying
dalam pembelajaran, atau ketika kepala sekolah atau guru memberikan amanat pada
saat upacara bendera.
3. Memberikan Dukungan
Pada Korban
Solusi
bullying yang harus dilakukan adalah memberikan dukungan kepada korban
bullying. Korban bullying biasanya merasakan ketakutan dan kecemasan berada di
lingkungan di mana ia mengalami bullying. Oleh karena tunjukkan bahwa guru dan
teman-temannya peduli akan dapat membantu korban bullying merasa aman kembali.
Jangan lupa untuk bekerjasama dengan orang tua siswa sehingga korban bullying
dapat hidup normal kembali.
4. Membuat Peraturan yang
Tegas tentang Bullying
Mengatasi
orang yang melakukan bullying juga harus dilakukan sebagai langkah menghentikan
tindakan atau sikap bullying. Selain korban, pelaku juga harus diberikan
treatment supaya tidak terus terulang. Perlu bagi guru dan juga sekolah membuat
peraturan yang ketat tentang bullying. Peraturan-peraturan ini bisa dimulai
dari level peraturan kelas hingga peraturan sekolah. Dengan demikian, semua
orang akan tahu konsekuensi yang didapat ketika terjadi pembullyan. Nah, dengan
begini para pembully akan menjadi jera dan tidak melakukan pembullyan lagi.
5. Memberikan Teladan atau
Contoh yang Baik
Bullying
pada anak sering terjadi karena mencontoh orang-orang di sekitarnya. Sebagai
guru, maka Guru Pintar harus sangat berhati-hati dalam bertindak maupun
bertutur kata. Jangan sampai suka memberikan hukuman verbal yang tanpa disadari
sudah masuk dalam kategori pembullyan. Hal ini tentu akan dicontoh oleh
siswa-siswanya.
6. Mengajarkan Siswa untuk
melawan bullying
Bentuk
perlawanan terhadap tindakan perundungan atau bullying tidak harus dengan cara
kekerasan atau melakukan hal yang sama dengan pembullyinya. Salah satu cara
melawan bullying adalah dengan berani melaporkan tindakan bullying terhadap
gurunya. Dengan begitu, guru dan pihak sekolah akan dapat segera mengambil
tindakan untuk menghentikan pembullyian.
7. Membantu Pelaku
Menghentikan perilaku buruknya
Bullying
merupakan contoh perilaku buruk. Guru Pintar wajib membantu pelaku bullying
untuk menghentikan perilaku buruknya, apalagi mengucilkan mereka. Selain korban,
pelaku juga membutuhkan penanganan supaya tidak melakukan pembullyan lagi.
Ajarkan pada mereka bersimpati dan berempati pada orang lain. Selain itu
berikan juga pengetahuan bahaya pembullyan terhadap korban-korbannya.
REFERENSI :
https://www.kajianpustaka.com/2018/01/pengertian-unsur-jenis-ciri-ciri-dan-skenario-bullying.html?m=1
https://www.halodoc.com/artikel/waspada-ini-dampak-bullying-pada-kesehatan-mental-anak
Komentar
Posting Komentar